Minggu 24 Mei 2009 Orang Muda Kelsapa Punya gawe. Mengadakan Misa Orang Muda. Acara ini sebenarnya juga agak mendadak, sudah ada wacana sejak malam Paskah saat beberapa teman, Ricky, Antok, Hadi, Wisnu, saya serta beberapa misdinar dan rekat bertemu dan pingin mengadakan pertemuan. Semua berangkat dari keprihatinan bahwa Orang Muda kurang aktif, lebih khusus lagi Mudika secara Organisatoris, "mandul".
Kami lalu lebih dalam mengamati dan membahas dalam satu diskusi kecil pada Minggu siang tanggal 3 Mei kmarin, mencari akar permasalahan atau juga boleh dikatakan mencari-cari dan salah satu hal yang boleh kami gali adalah kehidupan Orka Muda yang penuh dengan Peng"kotak"kan. Entah mengkotakkan diri atau dikotakkan ini hanya Orka kita yang tahu. Misdinar, Rekat, Lektor, Mudika, Pembina Biak berlomba-lomba menjadi yang terbaik mengesampingkan keutuhan sebagai gereja yang adalah satu tubuh. Itu baru satu hal.
Masalah yang lainnya; Keadaan orang muda sekarang jauh berubah, perkembangan tekhnologi dan internet membuat interaksi antar muka menjadi barang langka, faktanya kita lebih akrab berada didunia maya dari pada perjumpaan setiap hari dengan orang lain. Ditempat lain Orang Muda yang ikut perayaan Ekaristi banyak tetapi coba lihat di kepengurusan Dewan atau Lingkungan, Periode ini saja hanya ada Ricky yang ada di Dewan Paroki itupun karena Seksinya Kepemudaan coba kalau tidak ada Seksi kepemudaan.
Sementara Mudika yang aktif sangat bergantung pada dinamika mudika sendiri, kadang banyak yang terlibat kadang sedikit. Di paroki sangat tergantung dari keadaan paroki setempat. Ada tidak ruang untuk aktifitas mudika? Saya kadang iri sama teman-teman mudika lawas kalau sedang ngobrol. ada yang mengatakan mereka itu sangat aktif di mudika, bisa mengadakan acara begini begitu, bisa menghasilkan dana banyak dari kegiatan sosial dan masih banyak lagi. jika dibandingkan dengan saya sejak bergabung dengan Mudika tahun 2001 seolah tidak ada apa-apanya. Saya lalu berpikir apanya yang salah disini?
Masalah menjadi kompleks tatkala orang tua-tua meremehkan peran orang muda. lebih payah lagi orang tua enggan mendorong anaknya untuk aktif dalam kegiatan menggereja. Pernah pada suatu kesempatan, seorang bapak bertanya kepada saya, "Bagaimana dengan mudika koq mati, kemana saja?" Saya hanya berkata lirih "iya... mereka ada dirumah kita." Saya hanya berpikir kalau kita menghendaki Orang Muda terlibat aktif dalam kegiatan menggereja sementara anak kita yang adalah Orang Muda dipingit, apakah kita memberikan ruang untuk mereka? Jangan pernah mengharapkan orang lain berbuat lebih kalau kita sendiri ingin berbuat sedikit.
Masalah internal orang muda juga tidak sedikit. Saat ini ada keluarga, televisi, kampus, sekolah dan tempat kerja. Acara televisi lebih menarik, tuntutan kerja menumpuk, tugas sekolah atau kampus berat, waktu banyak terserap kesitu. Belum lagi lingkungan dan kemajuan tekhnologi mendorong manusia khususnya kaum muda untuk semakin individualistis. dari pada mengikuti acar-acara gereja yang monoton dan statis orang muda lebih memilih yang dinamis dan menarik. tetapi kita patut bersyukur untuk yang minimalis ini mereka mau berkorban untuk orang lain.
Melihat perkembangan Orang Muda saat ini, rasa-rasanya Gereja dalam hal ini Paroki lebih khusus lagi penggiat Orka Muda perlu poles diri. Perlu belajar ilmu sekuler. Perlu ilmu managemen dan marketing supaya bisa lebih menarik. Kita perlu moment yang tepat. mungkin diawali dengan hari ini.
Yang kelihatan baru peran di gereja belum yang dimasyarakat, dan jika keadaan sekarang yang menjadi acuan rasa-rasanya kita perlu bertanya apakah gereja dalam hal ini Orang Muda masih signifikan secara internal dan relevan secara eksternal. Jangan-jangan kita yang sudah ketinggalan atau malah terlalu pesat melaju?
Tidak sepenuhnya kealahan Orang Muda, kita perlu system. penggiat Orang Muda perlu analisa sosial dan spiral pastoral. Dalam Suatu kesempatan ngobrol dengan Rm. Cuncun moderator Komisi Kepemudaan beliau mengatakan ada kesan Gereja berada dalam dunia yang berbeda. “problem exlesiologis, gereja adalah suatu badan yang punya dimensi duniawi dan dimensi ilahi. Keadaan saat ini gereja kurang mau rendah hati, kurang mendengarkan dan tidak mau belajar dan berbenah, agar terus menerus diperbaharui." katanya. Saat orang muda berani mencoba sesuatu yang positif, orang tua, dewan dan hirarki harus memberikan semangat dan saat dikala mereka mengalami kegagalansangat diperlukan dukungan untuk kembali bangkit. Kisah hidup tidak berhenti di kegagalan, harus berani bangkit seperti Kristus sendiri yang tidak menyerah pada pekatnya kubur tetapi bangkit.
Lalu bagaimana dengan Orang Muda Kelsapa stelah ini? Bebarapa tahun belakangan ini kaum muda lebih khusus Mudika secara organisatoris mengalami lesu darah. Pengurus sibuk dengan bagaimana memperjuangkan masa depannya, kaderisasi mandek. Pertanyaan yang sering muncul apa yang bisa dilakukan orang muda untuk orang muda?
Khusus dari seksi kepemudaan, Ricky mengatakan ada program untuk orang muda agar lebih diperhitungkan, bentuknya dan pelaksanaan seperti apa itu yang perlu masukan dari dari orka-orka muda yang mengalami lansung pasang surutnya kegiatan kaum muda. "Saya tidak dapat berjalan sendiri, tidak punya cukup masa, kita perlu bersatu, orang muda perlu bersatu. We Are One" Katanya disuatu kesempatan.
Orka jangan berjalan sendiri-sendiri dengan kepongahannya. Kita perlu merunduk tunduk untuk melihat dan menatap lebih jauh. Gereja ada ditangan kita organisasi dapat berjalan baik kalau ada energi positif yang terus masuk, menjadi misdinar tidak selamanya, rekat ada saatnya dewasa. Kita tidak perlu merasa aman disuatu tempat kalau kita bisa mendapatkan tantangan untuk mengembangkan diri ditempat lain. tulisan ini tidak mematikan semangat pelayanan kita tetapi paling tidak bisa memantik semangat baru untuk mengembangkan pelayanan Orang Muda. Kita adalah satu Tubuh, mari bergerak bersama!
orang muda harusnya lebih bisa bersemangat dan memiliki ide2 yang lebih kreatif... namun sayangnya orang muda di negri kita ini lebih banyak menghambur2kan masa mudanya *saya contohnya* hihihihihihi
BalasHapusidem ama kang rangga, kata orang sih mumpung masih muda
BalasHapusPermenungan yg bagus. Mungkin Mudika perlu mencari cara agar org2 muda tetap dpt berkarya tanpa menghalangi tugas dan kewajiban duniawinya. Kalo sekrg org muda suka FB dan blog misalnya, kenapa Mudika ga berkarya lwt media2 itu. Justru dgn media itu, karya mereka bisa menyentuh area lebih luas drpada hanya di sekitar gereja.
BalasHapus