Johanes Lim, dalam bukunya No Pain No Gain mengishkan tentang Seorang petani disuatu desa dengan seekor kuda dan seorang anak laki-lakinya. Pada suatu siang, kuda si Petani hilang ditengah hutan. Namun demikian ia berusaha tabah dan dan mencoba melupakan kejadian itu. Cemoohan dan sindiran dari tetangga-tetangganya mengiris-iris perasaannya. Mereka tidak mau berempati.
Syukurlah selang beberapa hari kemudian Kuda itu kembali dengan membawa seekor kuda liar. Si petani sangat kegirangan. Tetapi kuda liar itu tidak gampang dijinakan untuk menjadi kuda tunggangan, si petani menugaskan anaknya agar untk menjinakan kuda liar. Akan tetapi kuda liar itu masih sangat sulit untuk dijinakan, hingga anak laki-laki petani mengalami musibah. Dia terjatuh dan terinjak kuda hingga mengalami cedera parah dikakinya dan harus istirahat total agar tidak menjadi cacat seumur hidup.
Si Petani kembali sedih dan tetangganya seolah paduan suara kembali "bernyanyi" mencemooh petani malang. Namun Petani tetap optimis, "harii baik atau hari buruk bukan dia yang menenukan".
My Father
Hingga suatu hari, Kebetulan negara sedang dalam keadaan kacau, pemerintah membutuhkan banyak anak muda untuk mengikuti wajib militer.Semua orang tua yang anaknya direkrut tidak pernah tahu kapan anaknya akan kembali. sesampainya di rumah Petani para pejabat militer mendapatkan Anak si petani sedang terbaring dengan luka parah dikaki akibat jatu dari tunggangan kuda liar beberapa hari yang lalu. Si Anak petani pun luput dari perekrutan Wajib Militer.Hari baik atau hari buruk bukan kita yang tahu, kini para tetangga telah larut dalam kesedihan dan tangisan mendalam anak mereka apakah bisa kembali atau tidak.
seorang bijak pernah berkata; "dalam situasi yang serba tidak menentusatu hal yang tidak dapat berubah tetapi justru mampu mengubah dunia disekeliling kita. yaitu; Senyuman, perkataan dan ungkapan syukur.
Dalam blog ini saya telah menulis banyak juga tentang bersyukur. Ungkapan syukur menunjukan kepada kita kerendahan hati yang mulia untuk menerima apa yang patut kita terima.Bahkan rasa Syukur sendiri merupakan parameter spiritualitas seseorang dalam relasi dengan sang Pencipta. Kita mungkin pernah mendengar ungkapan berbeda dari dua orang anak manusia yang berlainan tipe dipagi hari saat dia bagun tidur. Orang yang ang pertama mengatakan, "terima kasih Tuhan untuk pagi yang indah" sementara yang lainya berkata " Aduh... Sudah pagi lagi..."
Beberapa artikel atau tulisan yang saya baca menunjukan seorang pekerja yang senantiasa bersyukur atas apa yang dia kerjakan dan ia terima lebih tahan terhadap penyakit stress dari pada mereka yang suka menggerutu. Ya barangkali kata-kata dalam buku Journey into healing karangan Deepak Chopra : "health is not just the absence of desease, but the inner joyfulness that happeb all the time" dapat menjadi rujukan bagaimana kita bersikap.
Apa yang diterima hari ini tidak menjadi alasan untuk tidak mengucapkan syukur, asal tidak mengatakan syukur dengan penekanan "Sssyukurrr!!!!" ini jelas beda artinya dengan ungkapan syukur secara tulus yang keluar dari hati murni. termasuk beryukur akan apa yang tidak dapat kita terima yang semestinya terima juga merupakan suatu sikap yang mulia. Petani diatas telah mengajarkan kita bagaimana bersikap. Dibalik ucapan syukur terkandung optimisme yang besar yang bisa merubah lingkungan, terutama dirinya. Optimisme yang menyadari masalah tetapi mengetahui pemecahannya, mengenal kesulitan tetapi dapat mengatasinya, melihat yang negatif tetapi menekankan yang positif, menghadapi yang terburuk namun mengharapkan yang terbaik, punya alasan untuk menggerutu namun tetap tersenyum.
Selamat beryukur!!!!!!!!!!!
Mutiara Kata Hari Ini
Hari yang paling disia-siakan adalah hari saat kita tidak tertawaSebastian Roch Nicolas Chamfort.
24 Juni 2009
22 Juni 2009
Sulitnya mengatakan Kebenaran
Pernah ada suatu cerita, Orang tua seorang anak yang hendak masuk TK diwawancarai oleh kepala sekolah TK tentang keadaan rumah dan sebagainya dalam upaya mengetahui seberapa kemampuan ekonomi dari orang tua yang bersangkutan. Orang tua ini berusaha dengan semaksimal mungkin agar dia bisa mendapat keringanan biaya masuk di TK ini. maka dengan sedikit berbohong dia mengatakan kalau dia memang kurang mampu dalam financial. Untuk mendukung pola ini Orang Tua tersebut juga menasihati anaknya agar berbohong, kalau dirumah tidak punya AC, Mobil, dan perlengkapan mewah lainnya. Hari-hari awal masuk Semuanya seolah biasa saja.
Tetapi Pihak sekolah tentu tidak percaya begitu saja dengan apa yang diutarakan oleh kedua orang tuannya. Dia memutuskan untuk bertanya kepada Anak TK Sebut saja si Tono. si Tono ternyata masih ingat akan pesan orangtuanya kalau harus berbohong jika ada yang bertanya tentang keadaan rumah. Beberapa hari kemudian Pihak sekolah menjebak dengan pertayaan lainnya.
"Tono... kami kemarin sama Ayah naik mobil warna Kuning ya...?"
Tono lalu menjawab "Tidak Bu Gulu (agak pelat)
"loh ibu kemarin lihatnya kayak gitu....?" lanjut ibu guru.
"kemarin Kami naik mobil Sedan Hitam bukan yang kuning." jawab Tono Polos.
"Emang ada berapa seh mobil kamu?" tanya si Ibu guru lagi
"Ada Tiga." jawab Tono.
dari cerita diatas kita dapat mengetahui bahwa kepolosan anak kecil kadang tidak bisa begitu saja di kelabui dengan nasihat negatif yang dia sendiri idak tahu maksudnya.
Saya jadi ingat saat kecil dulu saya sering diajarkan oleh kedua orang tua saya untuk berlaku jujur dan tidak boleh menipu. Dan saya kira dari kita semua sudah sering mendengarkan kalau kejujuran merupakan hal yang terbaik. namun setelah kita tumbuh dewasa kebenaran yang sangat sederhana pun tampaknya meragukan. Kita menjadi ahli dalam hal membohongi, kurang percaya, menyindir dan membenarkan diri sendiri. Tidak mudah untuk hidup dengan penuh ketulusan hati.
Tetapi kalau kita hendak melihat suatu perubahan besar dalam diri dan lingkungan kita jalan satu-satunya ialah kita harus berusaha mengubah diri kita. Mencari kebenaran dalam diri sendiri dan bersikap jujurlah kepada diri sendiri. Selanjutnya kita akan dengan mudah bersikap jujur dengan orang lain.
Tetapi Pihak sekolah tentu tidak percaya begitu saja dengan apa yang diutarakan oleh kedua orang tuannya. Dia memutuskan untuk bertanya kepada Anak TK Sebut saja si Tono. si Tono ternyata masih ingat akan pesan orangtuanya kalau harus berbohong jika ada yang bertanya tentang keadaan rumah. Beberapa hari kemudian Pihak sekolah menjebak dengan pertayaan lainnya.
"Tono... kami kemarin sama Ayah naik mobil warna Kuning ya...?"
Tono lalu menjawab "Tidak Bu Gulu (agak pelat)
"loh ibu kemarin lihatnya kayak gitu....?" lanjut ibu guru.
"kemarin Kami naik mobil Sedan Hitam bukan yang kuning." jawab Tono Polos.
"Emang ada berapa seh mobil kamu?" tanya si Ibu guru lagi
"Ada Tiga." jawab Tono.
dari cerita diatas kita dapat mengetahui bahwa kepolosan anak kecil kadang tidak bisa begitu saja di kelabui dengan nasihat negatif yang dia sendiri idak tahu maksudnya.
Saya jadi ingat saat kecil dulu saya sering diajarkan oleh kedua orang tua saya untuk berlaku jujur dan tidak boleh menipu. Dan saya kira dari kita semua sudah sering mendengarkan kalau kejujuran merupakan hal yang terbaik. namun setelah kita tumbuh dewasa kebenaran yang sangat sederhana pun tampaknya meragukan. Kita menjadi ahli dalam hal membohongi, kurang percaya, menyindir dan membenarkan diri sendiri. Tidak mudah untuk hidup dengan penuh ketulusan hati.
Tetapi kalau kita hendak melihat suatu perubahan besar dalam diri dan lingkungan kita jalan satu-satunya ialah kita harus berusaha mengubah diri kita. Mencari kebenaran dalam diri sendiri dan bersikap jujurlah kepada diri sendiri. Selanjutnya kita akan dengan mudah bersikap jujur dengan orang lain.
13 Juni 2009
Mutiara Kata Hari Ini
"Bila Anda menemukan kebahagian sejati, Anda harus membuka mata untuk melihatnya"
Keindahan, Hadiah dari Tuhan
Dalam suatu perjalanan dari Pematang Siantar menuju Danau Toba, melewati rimbunan hutan pinus. Teman semobil bertanya kepada saya. "Koq dari tadi pandangannya menerawang kemana-mana? bukankah anda tidak bersama kami disini, tertawa dan bersenda gurau?" lalu saya berkata, "Alam ini terlalu indah untuk dlewatkan aku mau menikmatinya, betapa agung karya-Nya." Serempak mereka berseru "huuuuu..." mirip "paduan" lebah.
Dilain kesempatan saat duduk di kafe atau tempat umum lainnya, saya cenderung mencari posisi strategis. anda tau sendiri lah apa tujuannya kalau bukan para wanita cantik yang lewat didepan saya sehingga bisa leluasa memandang dan "menikmati" keindahan itu.
Sementara dijalanan kota Surabaya saat siang panas menyengat dan hiruk pikuk serta kemacetan disiang hari, saya masih dapat menikmati waarna-warni bunga yang seolah kontras dengan keadaan jalan yang hiruk pikuk.
Bunga-bunga ini secara emosional telah menyadarkan saya bahwa keindahan bahkan bisa ditemukan dihari terik, panas menyengat, hiruk pikuk dan masa-masa tegang sekalipun. Kini saat saya melihat sekeliling setelah melihat diri dalam sekali, selalu nampak indah. dan Tuhan telah meletakan sesuatu yang indah "dijalan" untuk selalu mencerahkan hati.
Dilain kesempatan saat duduk di kafe atau tempat umum lainnya, saya cenderung mencari posisi strategis. anda tau sendiri lah apa tujuannya kalau bukan para wanita cantik yang lewat didepan saya sehingga bisa leluasa memandang dan "menikmati" keindahan itu.
Sementara dijalanan kota Surabaya saat siang panas menyengat dan hiruk pikuk serta kemacetan disiang hari, saya masih dapat menikmati waarna-warni bunga yang seolah kontras dengan keadaan jalan yang hiruk pikuk.
Bunga-bunga ini secara emosional telah menyadarkan saya bahwa keindahan bahkan bisa ditemukan dihari terik, panas menyengat, hiruk pikuk dan masa-masa tegang sekalipun. Kini saat saya melihat sekeliling setelah melihat diri dalam sekali, selalu nampak indah. dan Tuhan telah meletakan sesuatu yang indah "dijalan" untuk selalu mencerahkan hati.
11 Juni 2009
Kemanakah SSV bergerak?
Pepatah Cina mengatakan. "Jangan memberikan dia ikan tetapi berilah dia kail" itu yang ada di benak SSV St. Yakobus sekarang. bagaimana tidak sudah sekian lama kita melayani orang Miskin dan memberikan Beasiswa bagi siswa yang secara ekonomi tidak mampu tetapi mempunyai kemauan tinggi untuk sekolah.
Sudah sejak 1993 SSV (Serikat Santo Vinsesius konf. St. Yakobus) mengikrarkan berdirinya SSV tentu dengan segala macam resiko dan tantangan. tetapi apapun harus tetap berjalan. Dalam rentang 16 Tahun tentu banyak sekali suka duka yang dihadapi. "yang pasti yang Suka aja yang kita ingat" kata Pak Djoko yang menjadi angkatan pertama SSV ini didirikan. Banyak siswa yang telah dibantu sehinga mereka mendapat pengetahuan yang layak dan penghidupan yang lebih baik. kata orang yang pernah saya baca di buku atau milis di internet, Kualitas hidup seseorang tergantung dari seberapa pengetahuan yang dia perolah dan kualitas diri yang terus berkembang.
Lalu seberapa pentingkah SSV dijaman ini? "Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit" kutipan Injil ini rasanya cocok untuk menggambarkan kondisi SSV sekarang terutama konferensi-konferensi campuran. sudah banyak yang tua-tua dan sebentar lagi kalau tidak planing dan konsep pengembangan SSV kedepan bukan tidak mungkin Karya pelayanan SSV akan mati.
Saya Tidak usah berbicara jauh-jauh, kebetulan saya berada di Dewan Daerah Surabaya yang mencakup wilayah Surabaya, Jombang, Tuban, Madura, Bojonegoro, Cepu dan Rembang. Hampir 60% pengurus onferensi adalah mereka yang berumur 50 keatas. terkecuali beberapa konferensi di Surabaya yang masih dihuni oleh mereka yang muda-muda. tidak termasuk konferensi Pelajar.
Itu baru masalah kaderisasi. Masalah berikutnya adalah sulitnya mendapatkan donatur atau tangan-tangan terulur dan hati tergerak untuk membantu orang miskin dan mereka yang kita layani. Mengharapkan bantuan dari luar negeri sama dengan menunggu kematian pelayan SSV dan membuat kita terus menerus menjadi pengemis.
Kami tadi baru saja mengadakan rapat di Konferensi St. Yakobus. Saya lalu membandingkan dengan awal saya bergabung, konferensi ini minim dana sehingga kita perlu bekerja lebih keras untuk meluluhkan hati orang agar mau memberikan "sedikit" dari kerelaannya. Sekarang situasi sulit ini seolah datang lagi, tidak parah memang. tetapi siapa yang mau menunggu hingga parah. Ada beberapa pemikiran, bagaimana mengoptimalkan peran proyek, yang artinya Pengurus lebih keras lagi berusaha mencari dana. lalu bagaimana dengan anggota klien yang kita bantu, Pelatihan mental, dan pola pikir sudah sering kita berikan agar mereka setidaknya dapat berpikir postif untuk memberdayakan diri sendiri. Salah satunya dengan membuat lilin yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan doa di Gereja Kepanjen, yang lainnya ide banyak tetapi kembali pekerja sedikit, masih ada jual juss setiap hari minggu misalnya kegiatan yang cukup ringan hanya butuh pengorbanan waktu yang cukup besar. "Hari sabtu - minggu adalah hari keluarga kata mereka." Bingung juga ya...
Sementara situasi krisis menyerang banyak sendi perekonomian para donatur yang selama ini menjadi penyokong setia kami memaksa mereka menarik diri dari rutinitas pemberian yang biasanya mereka lakukan selama ini. Sementara sumbangan dari luar yang diterima dipukul rata antara konferensi yang memiliki banyak kegiatan, klien dan asuhan membuat konferensi lain terlena dan tidak mau berusaha. Tidak ada Twining = Tidak ada kegiatan.
Lalu adakah grand design
yang akan diusahakan Dewan Daerah, Dewan Wilayah ataupun Dewan Nasional untuk mengatasi masalah-masalah ini? Kita tidak dapat berpangku tangan, atau berbicara didepan meja. turun dan lakukan sesuatu untuk SSV lebh baik.
Sudah sejak 1993 SSV (Serikat Santo Vinsesius konf. St. Yakobus) mengikrarkan berdirinya SSV tentu dengan segala macam resiko dan tantangan. tetapi apapun harus tetap berjalan. Dalam rentang 16 Tahun tentu banyak sekali suka duka yang dihadapi. "yang pasti yang Suka aja yang kita ingat" kata Pak Djoko yang menjadi angkatan pertama SSV ini didirikan. Banyak siswa yang telah dibantu sehinga mereka mendapat pengetahuan yang layak dan penghidupan yang lebih baik. kata orang yang pernah saya baca di buku atau milis di internet, Kualitas hidup seseorang tergantung dari seberapa pengetahuan yang dia perolah dan kualitas diri yang terus berkembang.
Lalu seberapa pentingkah SSV dijaman ini? "Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit" kutipan Injil ini rasanya cocok untuk menggambarkan kondisi SSV sekarang terutama konferensi-konferensi campuran. sudah banyak yang tua-tua dan sebentar lagi kalau tidak planing dan konsep pengembangan SSV kedepan bukan tidak mungkin Karya pelayanan SSV akan mati.
Saya Tidak usah berbicara jauh-jauh, kebetulan saya berada di Dewan Daerah Surabaya yang mencakup wilayah Surabaya, Jombang, Tuban, Madura, Bojonegoro, Cepu dan Rembang. Hampir 60% pengurus onferensi adalah mereka yang berumur 50 keatas. terkecuali beberapa konferensi di Surabaya yang masih dihuni oleh mereka yang muda-muda. tidak termasuk konferensi Pelajar.
Itu baru masalah kaderisasi. Masalah berikutnya adalah sulitnya mendapatkan donatur atau tangan-tangan terulur dan hati tergerak untuk membantu orang miskin dan mereka yang kita layani. Mengharapkan bantuan dari luar negeri sama dengan menunggu kematian pelayan SSV dan membuat kita terus menerus menjadi pengemis.
Kami tadi baru saja mengadakan rapat di Konferensi St. Yakobus. Saya lalu membandingkan dengan awal saya bergabung, konferensi ini minim dana sehingga kita perlu bekerja lebih keras untuk meluluhkan hati orang agar mau memberikan "sedikit" dari kerelaannya. Sekarang situasi sulit ini seolah datang lagi, tidak parah memang. tetapi siapa yang mau menunggu hingga parah. Ada beberapa pemikiran, bagaimana mengoptimalkan peran proyek, yang artinya Pengurus lebih keras lagi berusaha mencari dana. lalu bagaimana dengan anggota klien yang kita bantu, Pelatihan mental, dan pola pikir sudah sering kita berikan agar mereka setidaknya dapat berpikir postif untuk memberdayakan diri sendiri. Salah satunya dengan membuat lilin yang sangat dibutuhkan untuk kebutuhan doa di Gereja Kepanjen, yang lainnya ide banyak tetapi kembali pekerja sedikit, masih ada jual juss setiap hari minggu misalnya kegiatan yang cukup ringan hanya butuh pengorbanan waktu yang cukup besar. "Hari sabtu - minggu adalah hari keluarga kata mereka." Bingung juga ya...
Sementara situasi krisis menyerang banyak sendi perekonomian para donatur yang selama ini menjadi penyokong setia kami memaksa mereka menarik diri dari rutinitas pemberian yang biasanya mereka lakukan selama ini. Sementara sumbangan dari luar yang diterima dipukul rata antara konferensi yang memiliki banyak kegiatan, klien dan asuhan membuat konferensi lain terlena dan tidak mau berusaha. Tidak ada Twining = Tidak ada kegiatan.
Lalu adakah grand design
yang akan diusahakan Dewan Daerah, Dewan Wilayah ataupun Dewan Nasional untuk mengatasi masalah-masalah ini? Kita tidak dapat berpangku tangan, atau berbicara didepan meja. turun dan lakukan sesuatu untuk SSV lebh baik.
09 Juni 2009
AIDS Renggut Nyawa Susi
Hari Jumat 5 juni yang lalu setelah menikmati malam bersama hiruk pikuk dan riuh rendah suara anak muda di sekitar Taman Bungkul, bersama Hadi saya menyusuri dinginya malam kota ini. Saat itu waktu menunjukan pukul 21.30. Malam ini kami berencana menuju Rumah Sakit dr. Sutomo. Bukan tanpa alasan, 2 minggu yang lalu Hadi pernah meminta saya untuk mencarikan seorang dokter untuk memeriksakan seorang yang katanya dalam keadaan sakit parah. Saya tidak sempat melakukan itu. Disamping dokter yang saya hubungi sedang banyak acara, saya sendiri juga masih sangat sibuk. Kesempatan untuk mengunjungi akhirnya datang juga, tetapi kali ini saya tidak mengunjugi dirumahnya melainkan dirumah sakit tepatnya UPIPI. tahu kan ruang apa itu..? UPIPI adalah Unit Perawatan Intensif Penyekit Infeksi, kalau salah tolong diperbaiki!
Menyusuri Lorong Rumah sakit terbesar di Jawa Timur kita seolah berada di stasiun Kereta Api, Banyak sekali orang-orang yang tidur-tiduran di sepanjang teras rumah sakit atau mereka yang hanya duduk-duduk sambil bercerita. Pemandangan yang tidak elok tapi apa mau dikata.
Kembali ke kunjungan untuk orang sakit tadi. Saya tiba tepat pukul 22.00 disana, langsung menuju tempat tunggu perawat. malam itu ada dua orang perawat dan satu orang dokter jaga yang harus melayani 4 kamar, Satu kamar berisi 12 0rang itu kalau tidak membludak. Kami bertanya mengenai kondisi terakhir pasien yang hendak kami kunjungi. Oh ya.. nama pasiennya Susi, Pasien ini asli Surabaya telah menikah setahun yang lalu dengan pria Makasar hingga dikaruniai seorang bayi mungil berumur dua bulan. Entah setan apa yang merasuk atau karena alasan lain yang tidak dapat kami mengerti, beberapa bulan belakangan beliau sering dipukuli oleh suaminya dan akhirnya oleh para tetangganya demi melihat penderitaannya, ia lalu dipulangkan ke Surabaya dengan biaya yang dihimpun oleh para tetangganya.
Bukannya kebahagian yang menghampiri setelah dekat dengan keluarga dan orang tua, malah sebaliknya beliau divonis tinggal menuggu mati. "kamu itu tinggal tunggu mati, jadi gak usah macam-macam." ini perkataan dari seorang ibu tirinya. alhasil beliau bersama anaknya ditempatkan dalam satu kamar dengan segala keterbatasannya mengurus sendiri kebutuhannya harian. Tentu ini sangat memberatkan disamping kondisi tubuhnya yang terus digrogoti penyakit dan tubuh krempengnya semakin kering.
Anjuran saya sebelum pergi ke Malang agar dia segera dibawa kerumah sakit. "Soal biaya mungkin kita bisa menggalang dana yang sekiranya bisa untuk mengurus adminsitrasi sebelum mendapatkan Askin.yang penting dia ada yang merawat." kataku waktu itu. Pak Herman dan mbak Rosa akhirnya membawa beliau kerumah sakit dr. Sutomo sementara keluarga seolah tidak merespon dengan baik.
Hingga malam saat ia meregang nyawa tepat didepanku, pihak keluarga tidak ada yang menunggu. "Duh... Tuhan terimalah dia disisi-Mu.." bisikku lirih dalam hati. Dokter jaga malam itu yang begitu cantik berusaha dengan memompa dada pasien akhirnya mengatakan "Susi sudah selesai". Sementara Hadi yang kelihatan bingung menghubungi Pak Herman untuk mengabarkan ke pihak keluarga.
Kami lalu berkonsultasi dengan para perawat disitu apa yang harus kami lakukan atau sebaiknya kami lakukan. Termasuk berpikir bagaimana kalau pihak keluarga akhirnya tidak mau menerima jenasah beliau. Syukurlah tepat jam 24 malam pihak keluarga datang dan membereskan Jenasah Susi. Tanpa ada sepatah kata ucapan terima kasih dari keluarga kami akhirnya pulang tepat pukul 01.00 dinihari. Pemandangan yang tidak lucu.
ada sekilas cerita pilu mengenai ruang UPIPI ini. pemandangan yang sangat aneh bagi saya, bagaimana malam itu saya menyaksikan Tubuh-tubuh kurus-kisut kering dan mata cekung memandang seolah memohon belas kasihan tetapi dari siapa...? saya bingung malam itu. Mereka yang disini umumnya terkena penyakit yang sangat mematikan yakni AIDS... tahukan? rata-rata umur mereka 30 tahun. diantara mereka ada seorang ibu berumur sekitar 50 tahun memdapat penyakit mematikan ini dari transfusi darah, Ada seorang wanita umurnya 20 tahun dia adalah anak jalanan, dulu saya pernah ikut-ikutan teman relawan untuk anak jalanan dan saya mengenal salah-satu yang menunggu. Entah dia mendapat penyakit ini dari mana, yang ini si anak sudah tidak diterima oleh orang tuannya. Kasihan kan?
Ada lagi seorang anak muda umurnya saya tebak sekitar 25 tahun masih sangat segar... dia baru masuk siang tadi belum mendapat kamar dan tergolek tegang di lorong rumah sakit. dari parasnya dia seolah sangat tertekan dengan keadaannya.
Saya yakin siapapun dari kita yang masuk ruangan ini tidak tega melihat mereka meregang nyawa disini. "Paling lama 2 hari lah mas setelah itu kukut." kata anak muda yang menunggu temannya. "iya.. biasanya yang datang kesini adalah mereka-mereka yang sudah stadium 4. sudah sangat parah penyakitnya. Syukur kalau bisa kembali kuat mereka akan menjadi orang-orang yang bisa menyadarkan teman-teman lain. tetapi ini sedikit." Kata rekannya.
Malam itu saya mendapatkan banyak hal. yang pertama: Stiker AIDS yang saya pasang di spakbor sepeda saya mungkin bisa mengkampanyekan Bahaya AIDS. kedua: Orang dengan AIDS tidak sepantasnya kita singkirkan, mereka butuh tangan-tangan kita untuk menguatkan bukan mematikan semangat mereka. ketiga: Aku bersyukur memiliki orang tua yang sangat baik bagi saya sehingga saya tidak perlu terjerumus ke lembah kelam ini.
Menyusuri Lorong Rumah sakit terbesar di Jawa Timur kita seolah berada di stasiun Kereta Api, Banyak sekali orang-orang yang tidur-tiduran di sepanjang teras rumah sakit atau mereka yang hanya duduk-duduk sambil bercerita. Pemandangan yang tidak elok tapi apa mau dikata.
Kembali ke kunjungan untuk orang sakit tadi. Saya tiba tepat pukul 22.00 disana, langsung menuju tempat tunggu perawat. malam itu ada dua orang perawat dan satu orang dokter jaga yang harus melayani 4 kamar, Satu kamar berisi 12 0rang itu kalau tidak membludak. Kami bertanya mengenai kondisi terakhir pasien yang hendak kami kunjungi. Oh ya.. nama pasiennya Susi, Pasien ini asli Surabaya telah menikah setahun yang lalu dengan pria Makasar hingga dikaruniai seorang bayi mungil berumur dua bulan. Entah setan apa yang merasuk atau karena alasan lain yang tidak dapat kami mengerti, beberapa bulan belakangan beliau sering dipukuli oleh suaminya dan akhirnya oleh para tetangganya demi melihat penderitaannya, ia lalu dipulangkan ke Surabaya dengan biaya yang dihimpun oleh para tetangganya.
Bukannya kebahagian yang menghampiri setelah dekat dengan keluarga dan orang tua, malah sebaliknya beliau divonis tinggal menuggu mati. "kamu itu tinggal tunggu mati, jadi gak usah macam-macam." ini perkataan dari seorang ibu tirinya. alhasil beliau bersama anaknya ditempatkan dalam satu kamar dengan segala keterbatasannya mengurus sendiri kebutuhannya harian. Tentu ini sangat memberatkan disamping kondisi tubuhnya yang terus digrogoti penyakit dan tubuh krempengnya semakin kering.
Anjuran saya sebelum pergi ke Malang agar dia segera dibawa kerumah sakit. "Soal biaya mungkin kita bisa menggalang dana yang sekiranya bisa untuk mengurus adminsitrasi sebelum mendapatkan Askin.yang penting dia ada yang merawat." kataku waktu itu. Pak Herman dan mbak Rosa akhirnya membawa beliau kerumah sakit dr. Sutomo sementara keluarga seolah tidak merespon dengan baik.
Hingga malam saat ia meregang nyawa tepat didepanku, pihak keluarga tidak ada yang menunggu. "Duh... Tuhan terimalah dia disisi-Mu.." bisikku lirih dalam hati. Dokter jaga malam itu yang begitu cantik berusaha dengan memompa dada pasien akhirnya mengatakan "Susi sudah selesai". Sementara Hadi yang kelihatan bingung menghubungi Pak Herman untuk mengabarkan ke pihak keluarga.
Kami lalu berkonsultasi dengan para perawat disitu apa yang harus kami lakukan atau sebaiknya kami lakukan. Termasuk berpikir bagaimana kalau pihak keluarga akhirnya tidak mau menerima jenasah beliau. Syukurlah tepat jam 24 malam pihak keluarga datang dan membereskan Jenasah Susi. Tanpa ada sepatah kata ucapan terima kasih dari keluarga kami akhirnya pulang tepat pukul 01.00 dinihari. Pemandangan yang tidak lucu.
ada sekilas cerita pilu mengenai ruang UPIPI ini. pemandangan yang sangat aneh bagi saya, bagaimana malam itu saya menyaksikan Tubuh-tubuh kurus-kisut kering dan mata cekung memandang seolah memohon belas kasihan tetapi dari siapa...? saya bingung malam itu. Mereka yang disini umumnya terkena penyakit yang sangat mematikan yakni AIDS... tahukan? rata-rata umur mereka 30 tahun. diantara mereka ada seorang ibu berumur sekitar 50 tahun memdapat penyakit mematikan ini dari transfusi darah, Ada seorang wanita umurnya 20 tahun dia adalah anak jalanan, dulu saya pernah ikut-ikutan teman relawan untuk anak jalanan dan saya mengenal salah-satu yang menunggu. Entah dia mendapat penyakit ini dari mana, yang ini si anak sudah tidak diterima oleh orang tuannya. Kasihan kan?
Ada lagi seorang anak muda umurnya saya tebak sekitar 25 tahun masih sangat segar... dia baru masuk siang tadi belum mendapat kamar dan tergolek tegang di lorong rumah sakit. dari parasnya dia seolah sangat tertekan dengan keadaannya.
Saya yakin siapapun dari kita yang masuk ruangan ini tidak tega melihat mereka meregang nyawa disini. "Paling lama 2 hari lah mas setelah itu kukut." kata anak muda yang menunggu temannya. "iya.. biasanya yang datang kesini adalah mereka-mereka yang sudah stadium 4. sudah sangat parah penyakitnya. Syukur kalau bisa kembali kuat mereka akan menjadi orang-orang yang bisa menyadarkan teman-teman lain. tetapi ini sedikit." Kata rekannya.
Malam itu saya mendapatkan banyak hal. yang pertama: Stiker AIDS yang saya pasang di spakbor sepeda saya mungkin bisa mengkampanyekan Bahaya AIDS. kedua: Orang dengan AIDS tidak sepantasnya kita singkirkan, mereka butuh tangan-tangan kita untuk menguatkan bukan mematikan semangat mereka. ketiga: Aku bersyukur memiliki orang tua yang sangat baik bagi saya sehingga saya tidak perlu terjerumus ke lembah kelam ini.
05 Juni 2009
UNAS ulang? Salah Siapa?
Mau nulis apa ya? Oh ya jadi ingat akhir-akhir ini selain kasus Prita yang menghebohkan dengan curhatnya ada lagi Kasus Surat Pembaca saya dengar samar-samar pagi tadi di berita pagi. kalau ada yang disidangkan gara-gara pencemaran nama baik lewat surat pembaca. Tuh kan sekarang kebebasan berpendapat memang mendapat sorotan tajam dan mungkin terancam. Sudahlah yang ini sudah banyak disorot... saya juga mendapat email curhatnya Prita entah dari mana juntrungannya. yang Pasti saya merasa prihatin atas kejadian ini.
Dan kali ini saya mau ngomong mengenai UNAS ulangan bagi mereka yang tidak lulus di beberapa sekolah Negeri di negara ini. Saya cuma mengatakan Prihatin dengan nasib anak bangsa dan adik-adik saya yang masih sekolah. prihatinya kenapa?
Pagi tadi saya mendengar komentar seorang pejabat Teras kabupaten Ngawi yang mengatakan Ujian Ulang itu diperuntukan bagi sekolah yang siswa yang LJK tidak dapat dibaca oleh scanner pemeriksa. Anehnya ini terjadi untuk satu sekolah... Bisa ya....? ya iyalah...!!! "biasa gitu loh" cari alasan. Malu kan Sekolah rintisan standar Internasional Siswanya gak lulus semua. Lalu ada yang bilang ada kecurangan yang dilakukan oleh oknum guru. Kacian... deh lu guru... nasibmu udah pahlawan tanpa tanda jas jadi kambing hitam pula... meding yang putih lebih chaty.. gitu.... dan enak dilihat. Korbankah guru? maybe Yes...maybe No.. (jangan oh yess... oh no... ya.... gak bagus konotasinya)
Sebenarnya ada beberapa pertanyaan dalam benak saya. yang pertama ; Siswanya koq tidak punya akal sehat, zaman saya dulu (bongkar rahasia neh... sering juga nyontoh atau cari jawaban dari teman tetapi tetap melihat apakah jawaban itu bisa dikatakan benar atau bukan. Paling tidak kita bisa mempertimbangkan. tidak aji mumpung.
Yang kedua; Guru, bisa juga karena mau anaknya lulus semua ya... di berikan krepekan tadi duh ini bahasa apa ya..? Contohan maksudnya.
Yang ketiga; Pihak sekolah, malu kan kalau sekolah rintisan SBI siswanya ada yang gak lulus ujian. berikan semua jawaban ke siswa. gak taunya jawaban ini berasal dari calo...
yang keempat; Calo Kunci jawaban. ini nih yang sok tau benar... tapi emang akdang dia sebenarnya tau atau pintar tetapi berhubung orderannya sepi atau menyesal yang membeli sedikit tetapi yang memakai hasil jawaban calo banyak maka di buatlah jawaban yang menjesatkan mereka yang kalap dan pingin sukses.
Yang Kelima; Negara ini. Bahwa Ujian Nasional Sudah harus ditiadakan. berikan otonomi kepada sekolah. propinsi untuk mengatur standarisasi pendidikan yang mumpuni dan seimbang dengan peserta didik didaerah.
trims...
Dan kali ini saya mau ngomong mengenai UNAS ulangan bagi mereka yang tidak lulus di beberapa sekolah Negeri di negara ini. Saya cuma mengatakan Prihatin dengan nasib anak bangsa dan adik-adik saya yang masih sekolah. prihatinya kenapa?
Pagi tadi saya mendengar komentar seorang pejabat Teras kabupaten Ngawi yang mengatakan Ujian Ulang itu diperuntukan bagi sekolah yang siswa yang LJK tidak dapat dibaca oleh scanner pemeriksa. Anehnya ini terjadi untuk satu sekolah... Bisa ya....? ya iyalah...!!! "biasa gitu loh" cari alasan. Malu kan Sekolah rintisan standar Internasional Siswanya gak lulus semua. Lalu ada yang bilang ada kecurangan yang dilakukan oleh oknum guru. Kacian... deh lu guru... nasibmu udah pahlawan tanpa tanda jas jadi kambing hitam pula... meding yang putih lebih chaty.. gitu.... dan enak dilihat. Korbankah guru? maybe Yes...maybe No.. (jangan oh yess... oh no... ya.... gak bagus konotasinya)
Sebenarnya ada beberapa pertanyaan dalam benak saya. yang pertama ; Siswanya koq tidak punya akal sehat, zaman saya dulu (bongkar rahasia neh... sering juga nyontoh atau cari jawaban dari teman tetapi tetap melihat apakah jawaban itu bisa dikatakan benar atau bukan. Paling tidak kita bisa mempertimbangkan. tidak aji mumpung.
Yang kedua; Guru, bisa juga karena mau anaknya lulus semua ya... di berikan krepekan tadi duh ini bahasa apa ya..? Contohan maksudnya.
Yang ketiga; Pihak sekolah, malu kan kalau sekolah rintisan SBI siswanya ada yang gak lulus ujian. berikan semua jawaban ke siswa. gak taunya jawaban ini berasal dari calo...
yang keempat; Calo Kunci jawaban. ini nih yang sok tau benar... tapi emang akdang dia sebenarnya tau atau pintar tetapi berhubung orderannya sepi atau menyesal yang membeli sedikit tetapi yang memakai hasil jawaban calo banyak maka di buatlah jawaban yang menjesatkan mereka yang kalap dan pingin sukses.
Yang Kelima; Negara ini. Bahwa Ujian Nasional Sudah harus ditiadakan. berikan otonomi kepada sekolah. propinsi untuk mengatur standarisasi pendidikan yang mumpuni dan seimbang dengan peserta didik didaerah.
trims...
03 Juni 2009
Balai Pengobatan Kelsapa Gathering
Sabtu dan Minggu Kemaren weekend Bersama teman-teman dokter,dan apoteker di BP Kelsapa. Ini adalah gathering pertama keluar kota sejak Balai Pengobatan ini dirikan 2005 silam.
Acara ini menarik bukan karena pergi keluar kota tetapi lebih dari pada itu segenap teman dokter dan apoteker yang semuanya bekerja secara sukarela ini mau melihat kedepan kelanjutan dari karya pelayanan yang telah dirintis dengan niat tulus melayani orang Miskin yang ada dilingkungan sekitar Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya.
Sekilas balai Pengobatan Kelsapa dirintis sejak tahun 2003 dibawah dampingan Rm. Moerdani dan Rekan-rekan SSV (Serikat Santo Vinsensius konferensi Santo Yakobus. awalnya hanya diadakan pengobatan gratis sebulan sekali dengan menghabiskan obat-obatan sumbangan dari beberapa donatur. Tetapi kebutuhan umat dan masyarakat sekitar gereja akan pelayanan kesehatan yang murah akhirnya dengan segala pengorbanan dari segenap Anggota SSV, palayanan kesehatan ini ditingkatkan menjadi dua Minggu sekali dengan Biaya untuk pemeriksaan umum sebesar Rp. 5000 dan Gigi sebesar Rp. 10.000.
Kesempatan untuk mengembangkan diri semakin terbuka tatkala Bung Tommy dan Che Devy bergabung dalam pelayanan pengobatan ini. Jaringan dengan apotek dan pedangang farmasi serta Dinas Kesehatan Kota Surabaya menjadi lebih mudah. Kami akhirnya berani mengajukan diri menjadi Balai Pengobatan yang mendapat Ijin dari DKK surabaya. dan membuka diri bagi rekan-trekan dokter muda untuk praktek disini. tentu mereka tetap mendapat bimbingan dan dampingan dari dr. Petrus Supardi dan dr. Wibowo yang sangat berpengalaman dalam ilmu kedokteran dan drg Thris untuk pengobatan Gigi. Dua dokter umum sudah penuh menjadi dokter dan sebentar lagi satu dokter gigi akan selesai praktek disini. Semoga cita-cita awal untuk melayani orang miskin dan bukan orientasi profit yang kami dengungkan dari awal tetap menjadi spirit kami.
Langkah awal kebersamaan sudah kita bangun... kedepan bagaimana? itu yang terus kita perjuangkan. Terimakasih untuk semuanya... Kamu adalah Team yang hebat... terutama untuk ko' Tommy yang menajdi manusia luar biasa.
Saya di Batu Night Spectacular
drg. Siska, Imelda, Merita, Nixie, dr. Meliana, Tjoa
kecuali Tommy dan Marianus gak ada
Tommy bakar Ikan
Me ditengah mereka
masuk Hutan
suka Kelinci tapi gak mau dekat-dekat
Acara ini menarik bukan karena pergi keluar kota tetapi lebih dari pada itu segenap teman dokter dan apoteker yang semuanya bekerja secara sukarela ini mau melihat kedepan kelanjutan dari karya pelayanan yang telah dirintis dengan niat tulus melayani orang Miskin yang ada dilingkungan sekitar Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya.
Sekilas balai Pengobatan Kelsapa dirintis sejak tahun 2003 dibawah dampingan Rm. Moerdani dan Rekan-rekan SSV (Serikat Santo Vinsensius konferensi Santo Yakobus. awalnya hanya diadakan pengobatan gratis sebulan sekali dengan menghabiskan obat-obatan sumbangan dari beberapa donatur. Tetapi kebutuhan umat dan masyarakat sekitar gereja akan pelayanan kesehatan yang murah akhirnya dengan segala pengorbanan dari segenap Anggota SSV, palayanan kesehatan ini ditingkatkan menjadi dua Minggu sekali dengan Biaya untuk pemeriksaan umum sebesar Rp. 5000 dan Gigi sebesar Rp. 10.000.
Kesempatan untuk mengembangkan diri semakin terbuka tatkala Bung Tommy dan Che Devy bergabung dalam pelayanan pengobatan ini. Jaringan dengan apotek dan pedangang farmasi serta Dinas Kesehatan Kota Surabaya menjadi lebih mudah. Kami akhirnya berani mengajukan diri menjadi Balai Pengobatan yang mendapat Ijin dari DKK surabaya. dan membuka diri bagi rekan-trekan dokter muda untuk praktek disini. tentu mereka tetap mendapat bimbingan dan dampingan dari dr. Petrus Supardi dan dr. Wibowo yang sangat berpengalaman dalam ilmu kedokteran dan drg Thris untuk pengobatan Gigi. Dua dokter umum sudah penuh menjadi dokter dan sebentar lagi satu dokter gigi akan selesai praktek disini. Semoga cita-cita awal untuk melayani orang miskin dan bukan orientasi profit yang kami dengungkan dari awal tetap menjadi spirit kami.
Langkah awal kebersamaan sudah kita bangun... kedepan bagaimana? itu yang terus kita perjuangkan. Terimakasih untuk semuanya... Kamu adalah Team yang hebat... terutama untuk ko' Tommy yang menajdi manusia luar biasa.
Saya di Batu Night Spectacular
drg. Siska, Imelda, Merita, Nixie, dr. Meliana, Tjoa
kecuali Tommy dan Marianus gak ada
Tommy bakar Ikan
Me ditengah mereka
masuk Hutan
suka Kelinci tapi gak mau dekat-dekat
02 Juni 2009
Mutiara Kata Hari Ini
“Seorang ahli kimia yang dapat mengeluarkan dari unsure hatinya, walas asih, rasa hormat kerinduan, kesabarn, penyesalan, keterkejutan, dan rasa maaf, lalu memadukannya menjadi suatu senyawa, akan mampu menciptakan atom yang disebut cinta.” (Kahlil Gibran)
01 Juni 2009
Dua Cangkir Kopi = Beda Rasa
Ini Kisah yang selalu membangkitkan saya dari keterpurukan dan masalah yang mengahantui saya.
Ayahku seorang petani tulen yang setiap hari mencangkul di ladang atau disawah, sementara ibuku mengurusi rumah dan kadang membantu ayah keladang. Tidak pernah terpikirkan olehku mereka memiliki pola pikir yang luar biasa.
Ini kisahnya:
Dikelas 2 SMA setelah liburan Natal, saya sebenarnya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Alasan saya simpel; saya tidak mau melihat kedua orang tua saya terlalu lelah demi kami anak-anaknya, saya gak mau peluh mereka mengalirkan darah. Pikirku dengan idealisme kerdilku mereka dengan mudah mau mengikuti mauku. Ternyata tidak.
Hari itu dengan sifat kebapakan, beliau mengajak saya duduk di kursi yang terbuat dari cacahan bambu di belakang rumahku. Dan dengan tenang, beliau berkata.
“Nus. Apakah masalahmu sangat berat?”
aku menjawab; “pak. Saya tidak mau bapak-mama bekerja terlalu keras demi kami, saya kasihan bapak dan mama.”
“Apakah dengan mengorbankan sekolahmu, bapak dan mama tidak usah lagi kesawah atau ke ladang, mau kamu mengembalikan semua uang ayah-ibu yang dikeluarkan untuk menyekolahkanmu? atau kah kamu juga tidak akan lelah dan merindukan bangku sekolah, teman-teman dan cita-citamu?” Tanya ayahku.
Aku hanya diam.
“Sudah minum?” (biasanya ibu membuatkan secangkir susu kedelai)
“belum.” Jawabku.
“tolong ambilkan cangkir didapur, kita buat minum dulu.” Pinta ayahku.
Dengan segera kuambil cangkir kecil dan sebuah yang besar yang biasa dipakai oleh ayahku.
Dengan air dari termos dia lalu membuatkan dua cangkir kopi, satu digelas berisi setengah liter yag satunya kira-kira 100 ml.
“Ini. Dua-duanya harus kamu minum.” Pinta ayahku.
“koq dua-duanya? Apa tidak enak kopinya atau gelasnya masih kotor?” tanyaku heran.
“sudah… kamu minum saja. Tidak ada apa-apa” Ayaku meyakinkanku.
Setelah agak lama saya akhirnya meminum dari cangkir yang kecil terlebih dahulu.
“Duh Pahit!!!” gerutuku.
“maaf ayah lupa memberikan gula… yang ini saja” sambil menyodorkan cangkir besar.
Saya lalu meneguk dari cangkir besar.
“Bagaimana?” Tanya ayahku melihat rait aneh di wajahku.
“ayah koq aneh, satunya pahit yang satunya malah tak berasa. Maksudnya apa?” tanyaku.
“Ya… itulah hidup. Saat ini hidup kita mungkin sedang berada dalam cangkir yang kecil. Masalah kecil bisa sangat membuat diri kita takut, khawatir dan putus asa. Kelak saat kita dapat membesarkan pola pikir kita, masalah akan semakin kecil. Kopi tadi takarannya sama bedanya hanya pada wadah dan air yang ada dalam wadah tersebut.”
“Buatlah dirimu lebih matang, lebih berkembang jangan hanya seperti ayah dan ibu.”
Kisah ini yang terus-menerus hadir disaat saya susah dan tidak berpengharapan. Selain Berdoa usaha kita adalah mengembangkan diri kita, menghadapi masalah dan memecahkannya…
Saya belum mencapai cita-cita ideal saya tetapi saya sudah bisa lebih berguna bagi keluarga saya, ayah-ibu saya dan kakak-adik saya kelak orang lain itu cita-cita saya.
Ayahku seorang petani tulen yang setiap hari mencangkul di ladang atau disawah, sementara ibuku mengurusi rumah dan kadang membantu ayah keladang. Tidak pernah terpikirkan olehku mereka memiliki pola pikir yang luar biasa.
Ini kisahnya:
Dikelas 2 SMA setelah liburan Natal, saya sebenarnya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Alasan saya simpel; saya tidak mau melihat kedua orang tua saya terlalu lelah demi kami anak-anaknya, saya gak mau peluh mereka mengalirkan darah. Pikirku dengan idealisme kerdilku mereka dengan mudah mau mengikuti mauku. Ternyata tidak.
Hari itu dengan sifat kebapakan, beliau mengajak saya duduk di kursi yang terbuat dari cacahan bambu di belakang rumahku. Dan dengan tenang, beliau berkata.
“Nus. Apakah masalahmu sangat berat?”
aku menjawab; “pak. Saya tidak mau bapak-mama bekerja terlalu keras demi kami, saya kasihan bapak dan mama.”
“Apakah dengan mengorbankan sekolahmu, bapak dan mama tidak usah lagi kesawah atau ke ladang, mau kamu mengembalikan semua uang ayah-ibu yang dikeluarkan untuk menyekolahkanmu? atau kah kamu juga tidak akan lelah dan merindukan bangku sekolah, teman-teman dan cita-citamu?” Tanya ayahku.
Aku hanya diam.
“Sudah minum?” (biasanya ibu membuatkan secangkir susu kedelai)
“belum.” Jawabku.
“tolong ambilkan cangkir didapur, kita buat minum dulu.” Pinta ayahku.
Dengan segera kuambil cangkir kecil dan sebuah yang besar yang biasa dipakai oleh ayahku.
Dengan air dari termos dia lalu membuatkan dua cangkir kopi, satu digelas berisi setengah liter yag satunya kira-kira 100 ml.
“Ini. Dua-duanya harus kamu minum.” Pinta ayahku.
“koq dua-duanya? Apa tidak enak kopinya atau gelasnya masih kotor?” tanyaku heran.
“sudah… kamu minum saja. Tidak ada apa-apa” Ayaku meyakinkanku.
Setelah agak lama saya akhirnya meminum dari cangkir yang kecil terlebih dahulu.
“Duh Pahit!!!” gerutuku.
“maaf ayah lupa memberikan gula… yang ini saja” sambil menyodorkan cangkir besar.
Saya lalu meneguk dari cangkir besar.
“Bagaimana?” Tanya ayahku melihat rait aneh di wajahku.
“ayah koq aneh, satunya pahit yang satunya malah tak berasa. Maksudnya apa?” tanyaku.
“Ya… itulah hidup. Saat ini hidup kita mungkin sedang berada dalam cangkir yang kecil. Masalah kecil bisa sangat membuat diri kita takut, khawatir dan putus asa. Kelak saat kita dapat membesarkan pola pikir kita, masalah akan semakin kecil. Kopi tadi takarannya sama bedanya hanya pada wadah dan air yang ada dalam wadah tersebut.”
“Buatlah dirimu lebih matang, lebih berkembang jangan hanya seperti ayah dan ibu.”
Kisah ini yang terus-menerus hadir disaat saya susah dan tidak berpengharapan. Selain Berdoa usaha kita adalah mengembangkan diri kita, menghadapi masalah dan memecahkannya…
Saya belum mencapai cita-cita ideal saya tetapi saya sudah bisa lebih berguna bagi keluarga saya, ayah-ibu saya dan kakak-adik saya kelak orang lain itu cita-cita saya.
Langganan:
Postingan (Atom)