Kau duduk menemaniku
Ketika kuselesaikan goresanku
pendar matamu
bagai bulan dalam remang inspirasiku
senyum cerah dan tawa lepasmu
suguhkan segelas kopi pembangkit lesu kantukku
Ketika angan menggores dalam baris kata tak berdaya
Terasa napas hidungmu mengejar napas kehidupan
aku sadar akan hadirmu disepi malam
Mengecap purnama bulan
mengisi celah-celah muram kehidupan
Kau duduk menemaniku kala kata akhir kububuhkan
dihelai putih
alangkah segarnya hari esok
setelah purnama malam ini
itu harapanku
alangkah hangatnya pijar pertama mentari fajar
matamu menyatu matahari
mataku mencari hatimu di matamu
ketika beradu, tuntaslah tulisanku
lalu kubaca pelan dan pasti
kau hadir bagai matahari kehidupan
dalam renung tulisan
mataloko, 1999
sip blognya...sukses selalu
BalasHapusbaik, akan kutemani.
BalasHapusaaahhh. mbak fanni udah nongol rupanya
BalasHapusidem ama mbak fanni akan kutemani juga asal ada segelas es teh plus cemilan
Mau sih menemani,tapi kayaknya kejauhan yach?..
BalasHapusduh...
BalasHapusindahnya menulis inspirasi bersama yank tersayank^^
kata2 yang indah bagaikan mentari menyinari dunia dari sepinya kegelapan...
BalasHapusIndahnya duduk ditemani seseorang yang istimewa.
BalasHapusDunia jadi sangat cerah dan hangat...
nice puisi!
BalasHapus@Ryer: thanks bro...
BalasHapus@sang Cerpenis: tersanjung aku...
@sendal jepit: ada jus tomat campur wortel. mau?
@Dee: manis...
@seno Rasca: Komentnya lebih puitis.
@Reni: Serasa milik berdua... huuuuuu!!!
@Utap: thanks...
@Ajeng: Doa aja mbak...
BalasHapus