“Reading make a full man, conference a ready man, and writing an exact man.” Francis Bacon.
Pernahkah kita membayangkan dunia ini tanpa buku, tanpa informasi tanpa media hasil tulisan? Bayangkan kalau buku-buku pelajaran, literature dan referensi lainnya tidak ada. Seperti apa ya… sejarah keadaban suatu bangsa? Adakah ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini? Wahh tentu tidak.
Saya dulu pernah mendengar cerita dari ayah saya kalau dulu dijamannya SD atau dulu lebih dikenal dengan SR (Sekolah Rakyat), mereka masih menulis diatas sebuah batu kali dengan menggunakan sejenis kapur yang diolah dari karang laut. Saya juga hanya bisa membayangkan saja karena tidak mengalami masa itu. Tetapi paling tidak orang sudah mulai berjuang untuk membubuhkan suatu tanda diatas batu atau yang kita kenal sekarang dengan menulis.
Menulis entah dengan cara apapun tetap mampu mewakili pikiran kita untuk diketahui oleh orang lain, entah melalui sms, email, surat, itu tetap merupakan bentuk ekspresi diri kita. Dengan menulis kita dapat menuangkan gagasan, perasaan, atau pikiran dalam bentuk teks, entah lewat media buku, surat, naskah artikel atau di blog. Dengan menulis orang lain dapat mengetahui perasaan kita, ide-ide dan apa yang kita pikirkan dalam menanggapi suatu hal. Kalau membaca itu jendela dunia, Dengan Menulis berarti kita mulai membuka jendela dunia.
Saat inipun saya mau menulis itu karena saya sendiri sedang ingin menulis dan menuangkan gagasan dalam bentuk teks yang saya tuangkan dib log yang sederhana ini, harapan saya banyak orang yang membaca dan mulai belajar untuk menulis. Kenapa saya katakan belajar.
Yang pertama karena bagi saya menulis itu sulit kalau tidak pernah dicoba dan terus-menerus mencoba menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Seperti kata Francis Bacon diatas dengan membaca kita akan lebih penuh, bediskusi akan lebih siap dan dengan menulis kita menjadi orang yang mampu berpikir ilmiah mengenai suatu hal. Saya sendiri belum sampai segitunya tetapi paling tidak saya mulai belajar dikesempatan yang terlambat untuk mulai. Kata orang “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” iya memang sih…
Lalu yang kedua belajar menulis berarti juga belajar untuk memahami gaya penulisan yang hendak kita buat. Saya pernah menulis sebagai koresponden freelance suatu majalah rohani. Saya merasakan banyak sekali kesulitan yang didapat. Apalagi tidak memiliki gambaran yang jelas tentang suatu masalah dan gaya mahasa macam apa yang enak dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya.
Ketiga, menulis itu perlu wawasan yang luas tentang apa yang hendak kita tulis. Informasi yang dangkal dapat merugikan kita dan tanda Tanya besar dari pembaca. Syukurlah kalau pembaca mau mencari informasi tambahan dari tempat lain dengan demikian dapat menambah wawasan atas apa yang dibaca. Saat ini pun saat saya menulis blog ini tidak menguasai masalah yang saya hadapi ini hanya gagasan-gagasan saya. Semoga dengan ini dapat memberikan informasi yang bagus bagi pembaca. Selamat membaca kelak menulis sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda disini.
Komentar yang tidak sesuai dengan isi topik pembicaraan dan yang berbau sara serta menyerang pihak lain akan dihapus. Saya akan mengunjungi anda kembali.... Terima kasih.